
Kabarhiburan.com, Surabaya, – Aris (40) warga Surabaya Timur mendadak merasakan nyeri luar biasa di bagian belakang pinggangnya, yang meluas hingga bagian perut. Kalau nyeri itu datang, Aris merasa serba salah, bahkan harus berguling-guling dan muntah.
Akibatnya, aktifitas Aris menjadi terganggu, yang memaksanya berkonsultasi kepada dr. Bobby Hery Yudhanto, Spesialis Urologi (Sp.U) di RS Bedah Surabaya. Hasil pemeriksaan radiologis memperlihatkan adanya batu berdiameter 7 milimeter di ureter (saluran dari ginjal menujui kandung kemih).
“Rasa nyeri akan muncul karena batu telah menyumbat aliran air seni yang menuju ke kandung kemih,” jelas Bobby yang mengajak pasiennya ke ruang ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy), yakni alat bantu penghancur batu ginjal.
Di ruangan ini Aris diminta berbaring pada tempat tidur yang merupakan instrumen ESWL Selanjutnya, pada bagian pinggangnya ditempelkan sebentuk karet mirip balon yang berfungsi untuk menembakkan gelombang kejut.
Situasi dan posisi batu di dalam tubuh Aris terekam melalui layar monitor selama dilakukan terapi dengan gelombang kejut sebanyak 3.000 kali tembakan, selama satu jam. Lewat monitor diperlihatkan pula serpihan batu yang sudah menjadi butiran-butiran kecil. Saking halusnya butiran ini, sehingga mampu keluar dari tubuh bersama air kencing.
Tidak Perlu Bius dan Opname
Dengan praktis dan sederhana cara kerja ESWL, sehingga pasien batu ginjal tidak perlu lagi membayangkan ngerinya berbaring di meja operasi.

Apalagi, bila menggunakan ESWL, pasien tidak perlu berpuasa maupun bius. “Bius tidak perlu, karena ESWL tidak menimbulkan rasa sakit. Yang ada, paling perut terasa mules dan kembung, sehingga pasien pun tidak perlu menginap di rumah sakit,” Bobby.
Dokter alumnus Universitas Airlangga ini menjelaskan bahwa ESW, sesuai namanya merupakan alat dari luar tubuh yang menghasilkan gelombang kejut yang berfungsi memecah batu.
“Selain memecah batu ginjal di dalam ureter, ESWL juga mampu memecahkan batu yang berada di dalam ginjalnya,” ujar Bobby.
Gelombang kejut ini berupa gelombang udara yang dimampatkan, kemudian ditembakkan ke arah lokasi batu berada, di ureter maupun di dalam ginjal.
Menurut Bobby, gelombang kejut ini hanya menghantam sesuatu yang bersifat padat, yakni batu. Sementara jaringan lain, seperti usus maupun jaringan lain di sekitar rongga perut yang kebetulan dilewati gelombang ESWL tidak ada masalah.
“Sebab usus dan organ lainnnya itu lebih banyak mengandung kadar air dan merupakan organ berongga sehingga efek sampingnya menjadi minimal,” papar Bobby.
Secara teknis, saat menjalani terapi dengan ESWL, pasien cukup dibaringkan terlentang atau tengkurap sesuai posisi keberadaan batu ginjal.
Selanjutnya balon yang merupakan perangkat ESWL ditempelkan di kulit yang terdekat dengan posisi batu ginjal berada. Balon selanjutnya mengeluarkan gelombang udara yang sudah dimampatkan. Untuk mengetahui lokasi batu ginjal secara tepat, dokter sebagai operator memantaunya dari layar monitor USG atau x-ray.
“Begitu posisi balon dengan batu ginjal sudah tepat, sudah saatnya ESWL dioperasikan. Selama satu jam ESWL akan menembakkan sekitar 3.000 kali gelombang kejut,” jelas Bobby.
Operator pula akan memeriksa hasil kerja ESWL, apakah batu ginjal sudah hancur atau belum. Bila ukuran batu masih di bawah satu centimeter, dipastikan hanya memerlukan sekali terapi. “Jika diameter batu sudah mencapai dua sentimeter biasanya perlu dua kali tembakan untuk hasil yang lebih baik,” ujar Bobby.
Wanita Hamil
Bobby menambahkan, ESWL sudah terbukti efektif dalam menghancurkan batu. Selain praktis dan cepat, serta biaya pengobatan pun relatif terjangkau karena tidak memrlukan rawat inap. Hanya saja, batasan ukuran batu ginjal tersebut, sekaligus menjadi salah satu batasan kemampuan kerja ESWL.

Pertama, apabila batu ginjal sudah melebihi dua sentimeter diameternya, maka pemecahannya tidak bisa dilakukan dengan ESWL.
Kedua, batu ginjal telanjur sudah menimbulkan penyumbatan sekaligus infeksi dan bernanah pada ureter, sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan ESWL. “Batu ginjal sering kali mengandung bakteri, sehingga dikhawatirkan bakteri tadi justru menyebar dan memperparah infeksi sekaligus makin menyumbat ureter,” kata dr. Bobby.
Ketiga, ESWL tidak diberikan kepada wanita hamil karena gelombang kejut dan penggunaan x-ray akan membahayakan janin.
Keempat, pasien dengan batu ginjal disertai demam akibat infeksi, juga tidak boleh mendapat tindakan dengan ESWL karena tembakan gelombang kejut bisa saja memperparah trauma pada ginjalnya.
Menurut Bobby, jika pasien mengalami salah satu dari keempat situasi ini, maka pengambilan batu ginjal dapat dilakukan melalui tindakan bedah minimal invasif, seperti PCNL (Percutaneous Nephrolithotripsy).
Selain dengan cara operasi URS (Ureterorenoscpy), yaitu operasi pemecahan batu dengan tehnik endoskopi. (Gandhi Wasono/KH)