
Moliano (kiri) tampilkan permainan gitar yang memikat.
Kabarhiburan.com, Jakarta – Deteksi Production sudah merencanakan secara rutin menggelar panggung musik di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan.
Berbeda dari panggung musik biasanya, Harry ‘Koko’ Santoso selaku CEO Deteksi Produduction menampilkan secara bergiliran, para musisi yang juga mantan pecandu narkoba. Acara ini mendapat dukungan Gentara (Gema Nusantara Anti Narkoba). Tampak hadir Wakil ketuanya, Husni Azof.
“Kami akan memberi ruang bagi musisi mantan pengguna narkoba secara bergiliran untuk tampil main musik. Kemudian mereka menggaungkan aksi Jauhi Narkoba,” ujar Koko.
Musisi senior dari Singapura, Moliano mendapat kehormatan untuk tampil perdana dalam acara Jauhi Narkoba, Jumat (25/1) malam.
Pria berambut gondrong ini sempat memamerkan kemahirannya bermain gitar pada beberapa judul tembang lawas. Sebut saja, Panggung Sandiwara, Halimah Cinta, Will Take You Forever dan Soldier of Fortune.
Melihat permainan gitar yang begitu memikat, siapa sangka Moliano seorang mantan pengguna barang haram?
Malay Youth Performing Art
“Pada usia 9 tahun saya pecandu ganja. Ke sekolah pun bawa ganja dan berambut panjang macam hippies, sampai saya ditangkap polisi. Apa sebabnya? Saya cuma mengikuti kata hati saya sendiri. Tak ada orang yang membimbing saya,” ujar Moliano yang memutuskan berhenti mengonsumsi ganja pada usia 16 tahun.
“Alhamdulillah, saya sangat suka musik. Menjelang usia 16 tahun, saya punya impian mau jadi rock star. Untuk mewujudkannya, saya pun kerja keras sejak usia 16 tahun dan putuskan berhenti sekolah. Saya main musik di berbagai club. Ini membuat Ibu-bapak saya marah besar,” kenang Moliano.

Moliano memastikan bahwa kegiatan musik membantu anak-anak terhindar dari bahaya narkoba.
Setelah 15 tahun lamanya mengarungi karir sebagai pemusik, Moliano merasa sudah meraih semua keinginannya. Mencetak puluhan album dan popularitas yang meroket.
“Para penggemar saya pun sudah tidak terhitung jumlahnya, tapi saya memutuskan berhenti main musik. Saya lalu mengabdikan diri kepada penggemar saya, tentu melalui musik pula,” jelasnya.
Hasil pengamatannya pada remaja Singapura, umumnya suka musik dan olah raga. Moliano kemudian membuat program Malay Youth Performing Art, lalu mengajak anak-anak usia 7 hingga 19 tahun yang suka music untuk bergabung, tanpa memungut biaya alias gratis.
“Saya belikan pula alat musik keinginan mereka, seperti gitar, keyboard, drum dan sebagainya. Sekali dalam sebulan mereka saya ajak tampil di hadapan penonton,” imbuh Moliano tentang program yang dibentuknya 10 tahun silam tersebut.
Selama 10 tahun Malay Youth Performing Art sudah menghasilkan 600 hingga 700 peserta. Bahkan angkatan pertama hingga keempat, memiliki profesi. Ada yang jadi polisi, seniman di universal studio, insinyiur, dan sebagainya.
Bentuk Karakter Anak Lewat Musik
“Apapun profesi mereka sekarang, tapi tetap mahir main musik. Inilah yang sungguh membanggakan saya sampai saat ini,” imbuhnya.
Moliano pun menyimpulkan bahwa anak yang gemar musik tidak lantas menjadi pemusik. Musik hanya membantu untuk membentuk karakter positip.
“Yang pasti, main musik telah membuat anak-anak terhindar dari bahaya narkoba dan memahami bahaya narkoba,” ujar Moliano optimis.
Moliano pun akhirnya menggaris bawahi pentingnya anak-anak mendapat pengarahan tentang pergaulan yang benar sejak dini.
“Jangan sampai tidak ada orang yang mengasuh dan mengarahkan, sebab bisa salah bergaul yang membuat terjerumus jadi pecandu narkoba. Akibatnya, tinggal menunggu waktu saja. Pada 5 hingga 20 tahun mendatang, negara pun bisa hancur. Itu menakutkan,” ujar Moliano dengan mimik serius.
Baginya, pembentukan karakter seseorang sudah dimulai sejak usia 8 hingga 10 tahun. Usia dimana anak-anak mulai suka mencoba-coba segala sesuatu.
“Sejak usia 8 – 10 tahun mulailah memberi bimbingan dan arahkan kepada anak dengan kegiatan yang positif,” tambahnya. (Tumpak Sidabutar/KH)