Kabarhiburan, Tangsel – Irma Husnul Hotimah (44) tidak pernah melupakan kodratnya sebagai ibu rumah tangga. Berbekal niat untuk menghidupi keluarga serta menjaga tradisi, Irma mulai menekuni usaha rumahan membuat sagon bakar, salah satu camilan tradisional nusantara yang sudah cukup populer.
Irma memulai menekuni usaha pembuatan sagon sejak sang suami meninggal dunia tahun 2012. “Saat itu benar-benar perjuangan banget. Siapa sih, yang enggak kaget. Saya hanya ibu rumah tangga tiba-tiba ditinggal suami,” kenang Irma memulai ceritanya.
Mau tidak mau, Irma harus keluar dari zona nyaman sebagai ibu rumah tangga, menjadi ibu sekaligus ayah bagi tiga anaknya yang ketika itu mulai menginjak remaja. Irma pun memutuskan untuk membuat usaha membuat sagon bakar, salah satu makanan kesukaannya semasa anak-anak.
Dimulai dengan Oven Pinjaman
Irma mulai merintis usaha dari modal Rp200 ribu untuk membeli bahan pembuat sagon bakar. “Waktu itu oven saja terpaksa sewa dari tetangga, karena saya belum punya oven,” ujar perempuan kelahiran 4 April 1972 ini kepada Kabarhiburan.com pekan silam.
Menurut Irma, oven mutlak perlu dalam pengolahan sagon bakar. makanya harus memiliki oven meski dengan cara mencicil. “Dari keuntungan menjual sagon saya kumpulkan dan gunakan sebagai uang muka membeli oven. Sisanya saya cicil saban bulan hingga lunas,” kenang Irma yang kini sudah memiliki peralatan oven listrik.
Saat merintis usaha, Irma memasarkan sagon bakar dengan cara menitip ke berbagai warung di sekitar rumahnya dan melalui ibu-ibu pengajian di Perumahan Pamulang Estate, Tangsel. “Kalau ingat sedih juga waktu saya menitipkan ke warung. Saya sudah berpikir, sagon pasti sudah laku dan saya akan mendapat uang. Waktu mau ambil, ternyata nggak laku karena sagonnya hancur,” kenangnya.
Pengalaman pahit tersebut justru dijadikannya sebagai pelajaran. Selanjutnya Irma memikirkan cara pengolahan sagon menjadi produk yang berkualitas. “Dimulai dari mencari penyebab (sagon) bisa hancur, saya terus melakukan inovasi untuk mengatasi agar sagon tidak mudah hancur,” katanya.
Sambil terus memasarkan dagangannya, Irma menyerap pengetahuan tentang cara mengolah sagon yang lebih baik. Baginya, bersilaturahmi dengan banyak orang jadi penunjang Irma mengembangkan usahanya. “Saya ketemu orang yang merekomendasikan saya sebagai peserta UKM, kemudian direkomendasikan ke Dinas Koperasi, berlanjut ikut pelatihan dari berbagai Dinas Tangerang Selatan,” tambahnya.
Sagon Bakar Antioksidan
Seiring dengan berjalannya waktu Irma juga mengikuti berbagai pelatihan, ternyata memelihara semangatnya untuk terus berinovasi dan menyuburkan semangatnya menekuni usaha sagon bakar. Salah satunya, menggunakan kelapa muda sebagai pengganti kelapa gongseng bikinannya. Dengan demikian, sagon buatan Irma berbahan kelapa muda, sagu, telur, keju, gula dan mentega.

Adanya kelapa muda, menurut Irma, membuat sagon memiliki citarasa yang khas dan renyah, jika dibanding sagon pada umumnya, yang biasanya menggunakan kelapa gongseng.
“Saya berpikir, agar semua kalangan menyukai sagon buatan saya. Lagipula kebanyakan anak-anak enggak suka kelapa gongseng, makanya kelapa gongseng saya ganti dengan kelapa muda. Alhamdulillah jadi semua kalangan bisa menikmatinya,” jelasnya.
Irma juga memperkaya rasa sagon bakar menjadi beragam, seperti original, keju, mocca dan rasa green tea. Sagon mengandung bahan antioksidan pun ada. Yang terakhir ini merupakan inovasi berdasarkan rekomendasi dari Institut Teknologi Indonesia (ITI), Serpong, Tangsel.
Selain memperbaiki mutu produk, tampilan kemasan juga dibuat lebih menarik. Termasuk harga yang beragam sehingga dapat dinikmati semua kalangan. “Saya mencoba terus berinovasi agar sagon sebagai camilan tradisional namun enggak kalah dengan produk luar negeri,” katanya.
Sagon buatannya diberi merek dagang “Bu Irma Sagon Bakar”. Dikemas dalam bentuk sachet (10 gram), kaleng (200 gram), dan kardus (250 gram), dengan harga bervariasi mulai dari Rp 2000 sampai dengan Rp 30.000. Kini camilan berbahan dasar kelapa ini menjadi salah satu produk unggulan camilan khas daerah dari Tangerang Selatan (Tangsel).
Kerja keras Irma berinovasi rupanya mendapat apresiasi oleh berbagai pihak. Di antaranya Kementerian Perdagangan RI, memilihnya sebagai Pemenang I Tingkat Nasional dalam ajang Pangan Award 2016, untuk katagori Produk Camilan Kelompok Usaha Mikro Kecil.
Komunitas Ibu Cerdas Indonesia (KICI) juga memilih Irma sebagai salah satu dari 10 penerima pengharagaan KICI Award untuk kategori Pejuang Wanita Masa Kini. Penghargaan diserahkan oleh Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa pada Kamis, 20 April 2017 di Rembang, Jawa Tengah.

Dipasarkan di Australia
Irma hanya bisa mensyukuri semua pencapaian dan apresiasi berbagai pihak yang membuat nama dan karyanya semakin dikenal masyarakat. Kini Irma membuka outlet sagon bakar di di rumahnya, di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, selain menggandeng pihak reseller dari berbagai wilayah Indonesia.
“Alhamdulilah. Sekarang sudah ada reseller di wilayah Jabodetabek, Solo dan beberapa daerah lainnya. Bahkan sudah ada yang memasarkan sagon di Australia dengan sistem beli putus. Mereka order ke saya setiap enam bulan sekali,” kata Irma.
Kerja keras Irma kini berbuah manis secara ekonomi. Omzet penjualan sagon bakar kini mencapai Rp10 – Rp15 juta per bulan. “Kadang bisa lebih, terutama pada hari besar agama seperti lebaran, untuk modal saja bisa mencapai Rp60 jutaan,” ungkap Irma.
Begitupun Irma tidak pernah melupakan kodratnya sebagai ibu bagi ketiga anaknya. Dua diantaranya sedang kuliah Universitas Sriwijaya Palembang, sementara si bungsu duduk di bangku SMA. (Rachmawati AB/KH)