
Suasana penandatangan kerja sama KCI dengan BBM. Dari kiri: Prof. Firdaus, Dr. Sonny Lam, Dharma Oratmangun dan Jhody A Prabawa.
Kabarhiburan.com, Jakarta – Lebih dari separuh populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 260 juta jiwa, saat ini sudah melek internet. Di antaranya, generasi milenial menghabiskan waktunya rata-rata selama 1 jam 19 menit per hari untuk streaming musik.
Situasi ini merupakan pasar sekaligus peluang besar bagi industri musik Indonesia, yang mau tidak mau harus digarap secara sungguh-sungguh dan sesegera mungkin. Kita harus jaga harta kita sebagai bentuk kepedulian, agar musik Indonesia tidak diambil oleh bangsa lain.
Semangat tersebut mendorong Yayasan KCI (Karya Cipta Indonesia) melalui divisi KCI Digital bersama kelompok usaha bernama BBM (Bersama Bersatu Maju), untuk menciptakan industri musik sesuai era sekarang, yakni Industri Musik Digital.
KCI dan BBM bersepakat membangun kerja sama melalui MoU yang ditandatangani di Jakarta, Senin (26/11).

Mayjen TNI. Affanti Uloli, Prof. Firdaus, Dr. Sonny Lam, Dharma Oratmangun dan Enteng Tanamal.
Ketua Umum KCI, Dharma Oratmangun mengatakan, kerja sama ini akan menghadirkan sebuah konstruksi pembaharuan tataniaga industri musik baru yang berazas pada keadilan dan kesetaraan.
“Itulah yang menjadi landasan filosofis Yayasan KCI mau bekerja sama dengan BBM untuk mengembangkan industri musik yang sehat, melalui karya-karya anak bangsa dengan membentuk sebuah konsorsium berupa Portal Musik Indonesia,” ujar Dharma.
Untuk masuk ke industri musik digital, KCI sebagai yayasan bukan tanpa modal. KCI memiliki sedikitnya 8 komponen besar, sebagai pintu gerbang sebagai modal untuk masuk ke dalam industri musik digital ini.
“Delapan komponen yang dimaksud, di antaranya adalah lagu Nasional, lagu legenda, lagu pop daerah, lagu tradisional, lagu anak, lagu relegius, lagu dangdut, yang jumlahnya jutaan,” ujar Dharma.
Enteng Tanamal selaku Ketua Pembina KCI mengatakan bahwa cakupan kerjasamanya nanti sangat luas. Termasuk di dalamnya Portal Musik Digital, kemudian memproduksi baik berbentuk audio maupun visual, streaming hingga produk off air, lalu memasarkan secara digital. Termasuk menghadirkan bank lagu sebagai Data Base Musik Indonesia.
“Industri yang akan dibangun bersama BBM ini nantinya sangat transparan. Artinya, semua seniman pencipta lagu maupun musisi yang bergabung dengan kami bisa mengakses langsung portalnya, mengupload karyanya, melihat penjualannya, secara secara terbuka, kapan saja secara real time,” imbuh Enteng.
Peluang Bisnis Dengan Alibaba
BBM sendiri merupakan sebuah kelompok usaha yang memiliki kepedulian terhadap aset budaya bangsa Indonesia, salah satunya adalah musik.
Dr.Sonny Lam selaku CEO BBM Group menyambut baik kerja sama dengan KCI. Ia mengatakan, lagu-lagu yang dikelola oleh KCI merupakan aset bangsa, harta yang sangat besar.
“Kita harus bisa menjaga dan mengelola dengan baik harta karun ini. Saya sendiri merasa senang dan istimewa bisa bekerjasama dengan KCI mengelola harta karun ini. Saya cinta musik, keluarga saya semua suka musik,” jelas Sonny Lam.
Penandatangan kerja sama KCI dan BBM juga dihadiri oleh para undangan yang memiliki integritas kecintaan pada industri musik Indonesia. Sebut saja, Arya Baron, Kadri Mohammad, Andy Ayunir, Titik Bartje, produser Handoko Kusuma dan pengamat musik Bens Leo.

Sebagian dari peserta diskusi tentang musik digital bersama pihak KCI dan BBM.
Tampak hadir pula, Sekjen PAPPRI, Johny Maukar, Sekjen KCI Baskoro, Mayjen TNI. Affanti Uloli (Perwakilan dari Wantanas).
Mereka menyambut baik kerja sama ini. Sekaligus mewanti-wanti, agar tidak terjebak dalam masalah masalah seperti masalah hukum, yang bisa berakibat kepada penuntutan, masalah SDM, hingga masalah infrastruktur.
“Pada dasarnya hampir semua bisnis yang berbasis digital pernah mengalami masalah berupa penuntutan. Justru dari sinilah kita banyak belajar, sehingga dalam perjalanannya nanti kita setidaknya bisa meminimalis permasalahan,” jelas Jhody A Prabawa dari BBM.
Diskusi juga menghadirkan Duta Besar RI untuk China, Djauhari Oratmangun, yang menjelaskan tentang peluang bisnis yang sudah dan akan dilakukan Indonesia dengan para pengusaha di China, salah satunya termasuk musik.
Ia mengatakan, lagu lagu Indonesia banyak yang terkenal dan digemari di China. Misalnya, lagu Madu dan Racun, Bengawan Solo, bahkan lagu Lisoy dari Batak juga sangat populer disana. Jadi ini merupakan kesempatan bagus untuk membuka bisnis musik dengan China.
“Beberapa waktu lalu melalui pendekatan Goverment to Goverment (G to G), saya sudah jembatani KCI membuka peluang bisnis dengan para pengusaha di China. Salah satunya, dengan Alibaba Grup,” ungkap Djauhari.
Dalam mengelola bisnisnya, KCI juga menggandeng Rahayu Kertawiguna sebagai pribadi maupun Nagaswara sebagai label. Rahayu Kertawiguna dianggap orang yang commit terhadap transparansi.
Keterlibatan Nagaswara tentu sudah jelas, sebagai label dan distributor tentunya akan menangani masalah produksi. Sampai saat ini, Nagaswara dianggap salah satu lebel yang masih produktif menghasilkan artis dan karya-karya baru. (Tumpak Sidabutar/KH)