
Kabarhiburan.com, Surabaya – Tampak sekilas penampilan dan gaya bicaranya yang penuh semangat, tidak menampilkan usianya sudah menginjak 65 tahun. Sebut saja, namanya Setiawan. “Dok, saya ucapkan terima kasih ya. Kondisi saya sekarang sudah jauh membaik. Kualitas dan frekuensi hubungan intim dengan istri bisa meningkat hingga tiga kali seminggu,” kata Setiawan, seorang wiraswasta asal Kupang, NTT.
Setiawan menceritakan betapa lega perasaannya karena telah bebas dari ketergantungan obat. “Ini lagi Dok, yang membuat saya lebih puas, saya tidak lagi bergantung pada obat-obatan,” ungkap Setiawan tentang kondisi kesehatan seksualnya usai menjalani terapi kepada dr Wisnu Laksamana, Spesialis Urologi di RS Bedah Surabaya (RSBS).
Situasi yang berbanding terbalik dari sebelumnya, ketika Setiawan datang pertama kali berkonsultasi dengan dr. Wisnu. Saat itu Setiawan mengeluhkan kejantanannya sudah lunglai dan loyo sejak lama sekali. Persoalannya semakin runyam karena urusan nafkah batin bagi istrinya menjadi kacau.
Awalnya Setiawan mahfum bahwa kondisi loyo tersebut terkait usianya yang tidak muda lagi. Namun sejak memutuskan menikah lagi dengan wanita yang jauh lebih muda, mau tidak mau urusan hubungan intim menjadi penting demi membahagiakan istri.
Pilihan Terakhir
Kini keluhan Setiawan sudah teratasi dan sudah merasa percaya diri di hadapan sang istri, setelah melakukan serangkaian konsultasi dengan Wisnu. Kisah sukses Setiawan, hanya satu dari banyak pasien disfungsi ereksi (DE) atau Impotensi, yakni ketidakmampuan memulai ereksi atau mempertahankan ereksi.
“Pasien DE biasanya mudah terbujuk oleh rayuan agar mengonsumsi obat-obatan secara terus menerus untuk mengatasi keluhannya. Padahal, penggunaan obat secara terus menerus biasanya menimbulkan efek samping yang tidak baik bagi kesehatan pasien sendiri,” ujar Wisnu.
Dokter alumnus Universitas Airlangga menjelaskan, berkat kemajuan teknologi kedokteran di bidang urologi saat ini, ketergantungan obat sudah diperlukan lagi. Keluhan DE sudah dapat diatasi melalui Linier Shock Wave Therapy (LSWT).
Ketika ada pasien datang dengan keluhan gangguan DE, maka langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan secara holistik untuk mencari akar persoalan. Apakah gangguan tersebut berkaitan dengan psikososial, gangguan medis atau gabungan keduanya. Kasus pengaruh psikososial, misalnya bagaimana hubungan suami istri, lingkungan tempat kerja, lingkungan keluarga dan masalah kehidupan sosial lainnya.
“Masalah kehidupan sosial pasien perlu digali, karena erat kaitannya dengan DE. Banyak lo, orang dengan disfungsi ereksi itu disebabkan karena faktor psikis atau pikiran,” kata Wisnu.
Jika disfungsi ereksi awalnya melibatkan adanya masalah psikososial, kehidupan rumah tangga misalnya, maka penyelesaiannya akan melibatkan psikolog atau psikiater, “Jika ternyata masalah sudah terpecahkan, baru kita evaluasi lagi secara menyeluruh tentang keluhannya,” tambah Wisnu.
Sebaliknya jika hasil wawancara tersebut soal psikososialnya tidak ada masalah, maka baru bergeser ke persoalan teknis kesehatan. Mulai dari pemberian obat sampai yang terakhir, penggunaan alat LSWT. “Penggunaan LSWT sebagai pilihan terakhir,” papar Wisnu.
Wisnu menambahkan bahwa persoalan dasar disfungsi ereksi erat kaitannya dengan pembuluh darah. Secara teknis, penis bisa ereksi karena dua pembuluh darah besar yang ada di sebelah kanan dan kiri batang penis terisi penuh oleh darah. Jika ada gangguan pada kedua pembuluh darah besar tadi, maka dengan sendirinya mekanisme ereksi akan terganggu.
Menurut Wisnu ada beberapa penyakit yang biasanya menjadi pemicu munculnya disfungsi ereksi, yakni diabetes dan akibat tingginya kadar kolesterol. Diabetes bisa menjadi memicu munculnya disfungsi ereksi, karena penderita diabetes mengalami kerusakan pada pembuluh darah yang menyebabkan pembuluh darah tidak bisa terisi darah secara maksimal.
Sementara pada mereka yang berkadar kolesterol tinggi, biasannya pada dinding pembuluh darah terdapat plag atau gumpalan yang membuat kualitas ereksi memburuk.
Menghadapi pasien dengan gejala dua jenis penyakit tersebut, maka Wisnu akan memberikan konsultasi untuk solusi penyakit dasar terlebih dahulu. Dimulai dengan pengobatan penyakit dasar tersebut terlebih dulu.
Setelah teratasi, baru diberikan pengobatan disfungsi ereksi dengan obat-obatan. “Akan tetapi jika sudah diberi obat-obatan, ternyata tidak perubahan maka tindakan terakhir adalah menggunakan LSWT,” urai Wisnu.
Cara kerja LSWT yakni dengan memberikan 300 kali tembakan dengan gelombang kejut di empat tempat masing-masing di kiri dan kanan batang penis serta di kiri dan kanan bawah buah zakar. “Tidak terasa sakit cuma clekit-clekit dikit. Terapi ini memakan waktu selama satu jam,” jelas Wisnu.
Tembakan dengan gelombang kejut diharapkan bisa mengelupas lapisan dinding pembuluh darah yang rusak, kemudian dirangsang untuk membentuk sel baru dan kualitas pembuluh darah bisa kembali normal.
Kualitas pembuluh darah penis , yang dimaksud Wisnu, selain untuk mengeraskan atau mengencangkan penis, sekaligus untuk menjaga agar durasi hubungan intim kembali normal pula. “Kalau kualitas pembuluh darah normal, maka darah beserta katupnya bisa menjaga agar durasi ereksi cukup lama,” imbuhnya.
Tingkat Keberhasilan 70 hingga 80 Persen
Terapi dengan LSWT lazimnya dilakukan empat kali. Masing-masing dengan interval waktu satu minggu lamanya. Kalau dua kali tembakan belum ada terasa manfaatnya, maka begitu interval ke tiga dan keempat biasannya pasien sudah merasakan perubahan yang lebih baik. “Kalau sudah membaik, maka obat-obatan sudah tidak diperlukan lagi, kecuali ada hal-hal tertentu,” jelas Wisnu.
Sudah ada standar bahwa hubungan seksual aktif bila hubungan seks itu dilakukan 2-3 kali seminggu, masing-masing hubungan intim minimal durasinya tiga menit mencapai kepuasan. Bila tidak terpenuhi, maka situasinya sudah masuk ranah disfungsi seksual.
Wisnu menambahkan, bagi pasien lanjut usia jangan berharap bahwa dengan LSWT akan mengembalikan kemampuan seksualnya kembali muda seperti usia 20 tahun, “Tentu saja tidak bisa, ujar Wisnu sambil tertawa.
“Harus dijelaskan terus terang bahwa usia seseorang akan berpengaruh terhadap organ-organ tubuhnya. Yang penting tetap bisa melakukan kegiatan seksual secara aktif dan membuat kualitas lebih baik tanpa konsumsi obat terus menerus, itu yang diharapkan” ujar Wisnu yang menambahkan bahwa tingkat keberhasilan terapi dengan LSWT mencapai 70-80 persen.
Wisnu menjamin kerahasiaan pasiennya, bahkan pihak RS Bedah Surabaya memperlakukan pasien dengan disfungsi ereksi berbeda dari pasien lainnya. Mulai dari pendaftaran hingga pemeriksaan berada di ruang tersendiri, demi menjamin privasi pasien lebih terjaga dan merasa nyaman. (Gandhi Wasono/KH).